Pilihan Redaksi
By using our website, you agree to the use of our cookies.

Terapkan Bariatric pada pola makan untuk atasi obesitas
dr. Iwan Kristian, Sp.B-KBD, Spesialis Bedah Digestive National Hospital.@Arga
HEADLINE

Terapkan Bariatric pada pola makan untuk atasi obesitas 

LENSAINDONESIA.COM: Kurangnya kontrol pada pola makan, hingga berakibat berat badan berlebih yang mengganggu aktivitas maupun estetika tubuh seseorang. Bahkan, kerap kali menimbulkan penyakit tak terduga.

Hal tersebut diungkapkan Digestive Surgery (Spesialis Bedah Digestive) National Hospital Surabaya, dr Iwan Kristian, Sp.B-KBD saat jumpa pers, Selasa (07/05/2024).

Dari catatannya, ada survei kesehatan yang menyebut 20 hingga 30 persen pemuda di Indonesia mengalami berat badan berlebih atau obesitas.

Rata-rata jenis kegemukan di Indonesia yang dialami mayoritas orang, tersentral di bagian perut saja. Hal itu berpotensi diabetes, jantung dan sesak napas.

Yabg paling menakutkan dari bahaya kegemukan yakni ancaman penyakit kanker. Berbeda dengan orang luar negeri atau kerap disebut bule, yang mengalami kegemukan yang merata.

dr Iwan mengungkapkan, merujuk hasil survei di seluruh dunia, anggaran pemerintah di bidang kesehatan paling banyak habis untuk mengobati penyakit kardiovaskular.

“Kanker menduduki peringkat ketiga dan salah satu pemicunya adalah kegemukan (over weight),” tutur Iwan.

Guna menurunkan obesitas, dr Iwan menyampaikan usaha yang perlu dilakukan oleh diri sendiri yakni harus bisa mengatur pola makan. Sebab, secara gen manusia yang didesain untuk menyimpan lemak, bukan membuang lemak.

“Sebab saat dulu, makanan kurang berlimpah, sehingga sel-sel kita sudah disetel oleh Gusti Allah kalau makan harus ada sisa dalam tubuh,” imbuh dr Iwan.

Saat seseorang mengkonsumsi makanan berlebihan, bisa dipastikan tubuh secara otomatis menyimpan lemak. Dengan demikianl mekanisme dari metabolisme tubuh, sehingga memilih makanan pun harus berhati-hati demi menjaga berat badan ideal.

Jika diet gagal, orang-orang akan memilih cara alternatif dan pintas. Antara lain dengan mengoperasi bariatrik atau potong lambung. Operasi tersebut diklaim para ahli medis sebagai satu-satunya cara paling aman. Banyak sekali metode bariatrik namun yang paling populer saat ini adalah potong lambung.

“Operasi ini minimal invasif surgery atau pembedahan infasif,” ujar dr Iwan.

dr Iwan juga memaparkan, lambung pasien akan dipotong 80 persen. Namun, sebelum operasi, pasien juga diajari cara menentukan porsi makan dan mempertahankan pola makan tersebut hingga pasca operasi.

Sepuluh hari pertama pasca operasi potong lambung, pasien hanya boleh minum. Dalam minuman yang mengandung kaldu dan sirup. kemudian, pada hari ke-20, bisa konsumsi makanan semi padat. Semua di bawah pengawasan dokter.

Pada bulan ketiga, akan terjadi penurunan berat badan ekstrem bersamaan kondisi pemulihan yang makin membaik. Pasien boleh memakan apa saja, tentu dengan batasan. Dokter akan selalu mengingatkan pasien.

“Kesuksesan operasi ini, dapat dilihat hasilnya dengan penurunan tingkat kegemukan hingga 30-50 persen,” papar dr Iwan.

Dari berbagai asus obesitas, ia menyebut bariatrik merupakan cara paling cepat untuk menurunkan berat badan. Namun, banyak orang menganggap potong lambung adalah cara instan, padahal tidak demikian.

Bariatrik hanya akan ditujukan kepada pasien morbid obesity. Dengan kategori BMI lebih dari 40 atau obesitas kelas 3, kemudian bisa juga bagi orang dengan obesitas kelas 1 dan 2 namun memiliki penyakit. Dokter juga harus berpengalaman untuk menghindari risiko apalagi operasi pada pasien obesitas memiliki risiko tinggi.

“Pasien yang potong lambung tidak langsung kita iyakan, ada diskusi dan pemeriksaan ke dokter jantung dan lain-lain untuk mempelajari riwayat kesehatan penyebab kegemukan,” terangnya.

Dokter Iwan menegaskan operasi bariatrik merupakan tindakan operasi beresiko. Baik itu operasi besar maupun operasi kecil.

“Bariatrik termasuk dalam operasi besar,” tandasnya.@arga

Related posts