Pilihan Redaksi
By using our website, you agree to the use of our cookies.

Dokter spesialis gizi National Hospital ini beri tips agar berat badan ideal
Dokter spesialis gizi klinik dari National Hospital, dr. Christina Rusli saat memaparkan materi berat badan ideal. Arga
HEADLINE

Dokter spesialis gizi National Hospital ini beri tips agar berat badan ideal 

LENSAINDONESIA.COM: Berat badan ideal menjadi dambaan semua orang. Selain dari penampilan lebih menarik, berat badan ideal juga menjadi keseimbangan bagi kesehatan.

Untuk menempuh tubuh proporsional dengan berat badan seimbang, banyak cara dilakukan. Satu diantaranya melalui progam diet.

Dokter spesialis gizi klinik dari National Hospital, dr. Christina Rusli mengatakan, sebelum memutuskan untuk melakukan program diet sebaiknya konsultasikan lebih dulu dengan dokter sesialis hal tersebut agar tidak berdampak buruk pada kesehatan.

Berat badan setiap orang tergolong berlebih atau justru ideal, maka perlu dihitung Indeks Massa Tubuh (IMT). Caranya, dengan memakai rumus perbandingan, yakni berat badan dalam satuan kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam satuan meter yang dikuadratkan.

“Hasil pembagian inilah sebagai nilai IMT seseorang. Berat badan ideal jika nilai IMT berkisar antara 18,5 hingga 23,9,” tuturnya kepada awak media, Senin (29/01/2024).

Ia menambahkan, setiap orang di Indonesia, termasuk kriteria yang dipakai di Asia Pasifik. Yang mana indeks massa tubuh di atas 24 itu bisa dinyatakan berat badannya berlebih. Di atas 25 bisa dikatakan obesitas.

“Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hingga tahun 2018 yang dikeluarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Kementerian Kesehatan menyebutkan, masyarakat Indonesia memiliki berat badan berlebih sampai kategori obesitas terus meningkat,” tandasnya.

Bahkan secara global, lanjutnya, hampir 38 persen populasi dunia mengalami masalah berat badan berlebih atau obesitas. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Untuk itu, faktor utama tingginya masalah berat badan yang dihadapi masyarakat disebabkan karena pola makan.

“Sementara di sekitar sini (Indonesia) kemarin pandemi (Covid-19)kemarin juga sebagai salah satu penyebab. Karena selama pandemi banyak masyarakat aktivitasnya banyak di rumah nggak berani keluar terus nggak berolahraga tapi untuk pola makannya lebih gampang diakses,” terang dr. Christina.

Pasien dengan berat badan berlebih atau obesitas, cenderung rentan terkena penyakit kronis seperti diabetes, jantung koroner, stroke hingga terjadi penurunan fungsi ginjal.

Obesitas harus dicegah
dr.Christina menghimbau agar masyarakat yang mengalami permasalahan berat badan supaya segera mengatasinya. Ia menekankan metode untuk mengatasi obesitas setiap orang itu berbeda.

“Misalnya, seseorang sukses menurunkan berat badan melalui metode intermittent fasting atau pengaturan pola makan dengan cara berpuasa, yakni menggunakan jeda waktu untuk bisa mengonsumsi makanan,” urainya.

Umumnya dilakukan dalam waktu 16 jam berpuasa dan delapan jam untuk mengkonsumsi makanan. Maka, belum tentu metode intermittent fasting akan berhasil menurunkan berat badan orang satu dan yang lainnya.

“Karena memang tiap-tiap orang memiliki kondisi-kondisi tertentu yang harus diperhatikan. Misalkan, kalau orang sudah diabetes dan lain sebagainya. Kalau melakukan intermittent fasting harus ada pengawasan lebih lanjut,” urainya.

Ditinjau dari sisi kadar penyakit dan genetik
Metode fitnes sambil memperbanyak asupan protein. Membuktikan adanya beberapa pasien dengan menambah asupan protein justru ginjalnya terganggu.

“Kalau di sini (National Hospital) kita arahkan dulu pasiennya. Oke dengan pola makan yang bisa kita atur berapa banyak, kemudian olahraganya coba kita bantu aturkan kira-kira arahnya yang cocok yang bagaimana. Jadi untuk orangnya (yang menjalani diet) tidak menyiksa,” papar dr. Christina.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan, yakni faktor penyakit bagi pasien yang hendak menjalankan program diet. Apakah ada kolesterol atau diabetes yang perlu diperbaiki dahulu.

Yang terakhir, faktor genetik. Dengan menentukan kemampuan badannya seperti apa dan kondisi dasarnya seperti apa.

Dari penjelasan itu, bisa disimpulkan bahwa sebelum menjalankan program diet untuk menurunkan berat badan, lebih baik konsultasikan lebih dulu bersama dokter yang fokus menangani permasalahan ini.

“Ya karena ada beberapa pasien juga yang istilahnya pakai dengan suplemen dan lain sebagainya ternyata malah memberikan efek kurang bagus untuk badan,” pungkasnya.@arga

 

Related posts