Pilihan Redaksi
By using our website, you agree to the use of our cookies.

Tidak dihadiri Jokowi, HUT ke-51 PDIP sederhana, Mega sentil elite lupakan wong cilik masih sengsara
Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. @repro
DEMOKRASI

Tidak dihadiri Jokowi, HUT ke-51 PDIP sederhana, Mega sentil elite lupakan wong cilik masih sengsara 

LENSAINDONESIA.COM: Keharmonisan politik PDI Perjuangan dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin menimbulkan tanda tanya di acara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-51 partai berlambang banteng bermoncong putih, pada Rabu siang (10/01/2024).

Pasalnya, Presiden Jokowi yang diusung PDI Perjuangan dari mulai menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden RI, tidak nampak hadir di momen bersejarah itu.  Perayaan digelar di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, peringatan HUT ke-51 PDI Perjuangan ini berlangsung sagat sederhana. Jumlah undangan yang hadir secara langsung pun terbatas dihadiri para elite.  Namun, kader seluruh Indonesia bisa mengikuti secara daring.

Meski HUT PDI kali ini, tidak dihadiri Presiden Jokowi, namun Wakil Presiden Ma’ruf Amin nampak mengikuti dengan khidmat acara peringatan usia partai yang lahir Tahun 1973 dengan nama PDI.

Capres Ganjar Pranowo hadir tidak didampingi Cawapres Mahfud MD. Namun, Mahfud yang masih aktif bertugas sebagai Menkopolhukam hadir secara daring. Terlihat pula sejumlah menteri asal partai ini. Juga hadir para ketua umum partai pengusung, yakni PPP, Perindo, dan Hanura.

“Memasuki 51 tahun. Kita bisa jadi begini bukan karena elite, bukan karena presiden, bukan karena menteri, tapi karena rakyat yang mendukung kita,” kata Megawati dalam pidato politiknya, mengawali acara peringatan HUT PDI Perjuangan dengan mengusung tema “Satyam Eva Jayate” yang berarti “Kebenaran Pasti Menang”.

Saat berpidato, Megawati mengaku hanya mengundang yang bersedia hadir. Dia juga menyapa para menteri-menteri pembantu Presiden Jokowi yang hadir langsung dan secara daring. Termasuk, Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid, Andi Wijayanto.

“Supaya Pak Ma’ruf tahu, mereka ingin diundang, jadi saya undang. Ibu Sri Mulyani Menteri Keuangan yang jadi sahabat saya sejak lama, sebetulnya Pak Basuki Menteri PUPR ingin juga datang, tapi dapat tugas karena hari ini, kemarin juga ada hajatan di Pakualaman, terus Bapak Arifin Tasrif Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,” ujar Mega, memperjelas nama-nama yang diundang, namun tidak menyinggung nama Presiden Jokowi.

Megawati meminta para kader PDI Perjuangan agar menjadikan rakyat sebagai kekuatan, berjuang bersama-sama rakyat. Dia mengajak kadernya untuk menyontoh bagaimana Proklamator Bung Karno peduli nasib rakyat kecil, peduli terhadap nasib Pak Marhaen.

Mega menyebut PDI Perjuangan bisa lolos dari dihajar rezim Orde Baru saat masih bernama PDI hingga kini berusia 51 tahun, berkat dukungan kekuatan rakyat, kekuatan akar rumput, bukan karena presiden, atau menteri.

“Saya menyebut akar rumput, karena (filosofi) rumput bisa hidup di tempat mana pun, daya survivalnya tinggi. Dibakar, dicabut, dipotong, dimatikan, tumbuh lagi, bergerombol jadi kekuatan. Perkuatlah akar rumput, itulah kekuatan kita,” ujar  Mega.

Presiden RI ke-ini juga meminta semua kader tetap menjalin erat rakyat, solid bergerak bersama rakyat.

Mega juga berpesan bahwa pasangan Ganjar dan Mahfud sangat pas untuk memimpin Indonesia, karena ia yakini bisa menyelamatkan kekuatan ekonomi dari korupsi, sehingga dapat mengatasi kemiskinan.

Megawati menyinggung Negara ini dijajah 3,5 abad hingga mengorbankan nyawa yang tak terhitung, hingga kemudian kemerdekaannya dapat diperjuangkan para pahlawan dan pendiri bangsa.

“Sekarang para elitenya, orang-orang yang sudah berkelayakan, melupakan yang namanya akar rumput, yang namanya wong cilik, yang masih sengsara, yang tidak berkeadilan,” ucap Megawati berapi-api.

“Sekali lagi saya katakan, setiap warga negara, akar rumput, rakyat, mempunyai hak yang sama di mata hukum. Sekarang hukum itu dipermainkan. Bahwa kekuasaan itu dijalankan dengan semau-maunya. No, no and no,” tegas Mega.

Mega juga mengingatkan aparat TNI dan Polri agar tetap netral dalam Pilpres 2024.

Dia juga menyentil para petinggi Polri agar tidak melupakan bagaimana susahnya memisahkan institusi Polri dari TNI di masa kepemimpinannya. @perli

 

Related posts