Pilihan Redaksi
By using our website, you agree to the use of our cookies.

Pakar komunikasi politik soroti debat Cawapres: Paslon harus siapkan 6 strategi bukan gestur
Pakar Komunikasi Politik Unair Surabaya Dr Suko Widodo. FOTO: arga-LICOM
DEMOKRASI

Pakar komunikasi politik soroti debat Cawapres: Paslon harus siapkan 6 strategi bukan gestur 

LENSAINDONESIA.COM: Pakar komunikasi politik Universitas Airlangga (Unair), Dr Suko Widodo turut menyoroti debat ke-empat Calon Wakil Presiden (Cawapres) 2024 yang diselenggarakan oleh KPU RI di JCC Senayan, pada Minggu 21 Januari 2024 lalu.

Menurutnya, debat dengan tema Pembangunan Berkelanjutan dan Lingkungan Hidup, Sumber Daya Alam dan Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa itu, Suko memberikan catatannya, terkhusus kepada Cawapres nomor Urut 2, Gibran Rakabuming Raka.

Seperti diketahui, Putra Sulung Presiden Joko Widodo itu memberikan gestur mencari, sesaat Cawapres nomor urut 3 menjawab pertanyaan darinya.

“Tujuan dari debat adalah untuk mengadu pikiran, mengadu ide, serta mengadu gagasan. Maka dari itu, tema di dalam debat harus menjadi fokus atau consent dalam perdebatan. Maka, gestur-gestur berlebihan itu tidak menjadi perlu di dalam suatu debat,” kata Dr Suko dalam keterangan tertulisnya yang diterima lensaindonesia.com, Selasa (23/01/2024).

Suko menjelaskan, selain tema yang jelas, debat memerlukan cara berkomunikasi yang benar. Semua yang dibicarakan harus menjadi jelas dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Sebab, kejelasan dalam penggunaan bahasa sangat perlu untuk sebuah diskusi dapat berjalan.

Menurut Dr Suko, komunikasi itu menyangkut rasa dengan tiga unsur penting berupa logika etika, dan estetika. Sehingga gaya komunikasi itu menjadi penting bagi calon pemimpin.

“Yang bicara harus mengerti sehingga peserta dan lawan bisa mengikuti alur berpikir. Sehingga nanti akan keluar argumentasi sanggahan atau usulan yang masuk akal terhadap ide itu,” katanya.

Suko menilai, bahwa penggunaan istilah merupakan sebuah strategi dalam debat, namun tidak berada pada level yang tinggi. Sebab, strategi dalam debat memiliki enam level tingkatan.

“Strategi debat itu terdiri dari level 1 sampai 6, mestinya semakin matang berpikirnya semakin bijak. Pengambilan policy itu pada level 6, bukan teknis atau level 1. Itu baru menunjukkan kualitas orang,” katanya.

Maka, lanjut Suko, untuk mencapai komunikasi efektif di dalam debat, istilah-istilah harus dijelaskan dengan mantap dan jelas kepada semua audiens dalam perdebatan. Ditopang dengan cara penyampaian yang benar, ide yang digagas akan tersampaikan kepada masyarakat.

“Sehingga masyarakat dapat menilai calon pemimpin yang akan mereka pilih pada 14 Februari mendatang,” pungkasnya.@arga

Related posts