LENSAINDONESIA.COM: Manfaatkan momen Earth Hour tahun ini, Hotel MORAZEN Surabaya gelar aksi berkontribusi untuk bumi untuk generasi muda dengan budaya tradisional dengan mainan tradisional kepada anak-anak generasi Alfa.
Usung tema “Disconnect to Reconnect” menggandeng Kampoeng Dolanan yang merupakan komunitas pelestarian budaya tradisional dan mengubah suasana lobi yang semula mewah dengan dominasi interior modern menjadi sebuah arena bermain anak-anak.
Banyak beragam jenis permainan tradisional seperti engklek, kelereng, bola bekel, congklak, lompat tali, egrang, hulahop, gasing bambu, serta tenda wayang.
Litania Utami, Marketing Communications dan Public Relations MORAZEN Surabaya mengatakan, guna menyambut Earth Hour tahun ini, Hotel MORAZEN Surabaya berusaha tak hanya menekankan pentingnya pelestarian lingkungan, namun juga untuk membawa kembali nilai-nilai tradisional yang mungkin terlupakan.
“Kami juga turut berkontribusi mematikan lampu serta alat elektronik yang tidak diperlukan pukul 20.30 hingga 21.30 di area lobby dan outdoor hotel, dan dalam suasana tersebut. Kami mengajak sedikitnya 25 anak-anak kisaran usia 3 – 11 tahun yang malam ini berpartisipasi dalam acara “Disconnect to Reconnect” untuk mengenal suasana di jaman dahulu serta aktifitas yang dilakukan saat terjadi pemadaman listrik,” tandas Litania kepada awak media, Sabtu (23/04/2024) malam.
Ia menambahkan, pihaknya akan senantiasa mendukung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian alam dan budaya.
“Kami percaya dengan memperkenalkan mainan tradisional kepada generasi Alfa, kami bisa membantu mereka mengerti bahwa kebahagiaan dan kesenangan bisa ditemukan dalam hal-hal sederhana dan tidak bergantung pada teknologi.” ujarnya.
Gelaran ini juga terbuka untuk umum dan tidak hanya tamu-tamu hotel saja yang hadir, namun juga beberapa tamu dari luar hotel yang sebelumnya meliihat informasi acara ini dari media sosial.
Sementara itu, General Manager MORAZEN Surabaya, Fajar Basuki menyampaikan, Earth Hour lebih dari sekedar seremonial menyalakan lilin dengan simbol 60+.
“Ada makna dan pesan mendalam yang perlu kita sampaikan kepada generasi penerus tentang kesadaran krisis iklim yang juga dimulai dari diri kita masing-masin,” imbuh Fajar.@Rel-Licom
Related posts
Serap emisi karbon, Pelindo Regional 3 tanam 20.000 bibit mangrove di Bangkalan
LENSAINDONESIA.COM: PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 3 melangsungkan sulam bibit mangrove. Hal ini merupakan upaya monitoring dan evaluasi program penanaman…
Terapkan Bariatric pada pola makan untuk atasi obesitas
LENSAINDONESIA.COM: Kurangnya kontrol pada pola makan, hingga berakibat berat badan berlebih yang mengganggu aktivitas maupun estetika tubuh seseorang. Bahkan, kerap…
Muaythai Jatim borong 7 emas di Bupati Klungkung Cup 2024
LENSAINDONESIA.COM: Muaythai Jawa Timur meraih prestasi gemilang saat di kejuaraan Bupati Klungkung Cup ke-3 2024 di GOR Sueca Putra Klungkung,…
Semarak Hari Jadi Kota Surabaya ke-731, ada Pengajian Gus Iqdam hingga Konser Gilga Sahid
LENSAINDONESIA.COM: Kota Surabaya segera memasuki usia ke-731 tahun pada 31 Mei 2024. Sederet event spesial disiapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot)…
KPK tahan Gus Muhdlor, Pj Gubernur Jatim terbitkan surat pengangkatan Plt Bupati Sidoarjo
LENSAINDONESIA.COM: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menetapkan tersangka dan langsung menahan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali (Gus Muhdlor) di Jakarta,…