LENSAINDONESIA.COM: Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) yang biasa berjualan di sepanjang Jl Pantai Kenjeran (Pantai Watu-Watu) menggelar protes menolak direlokasi ke Sentra Ikan Bulak (SIB) Surabaya.
Protes itu dilakukan karena SIB sepi pengunjung. Karena itu, para PKL memaksa kembali berjualan di kawasan sebelumnya.
Aksi protes ini berlangsung ricuh, sebab para PKL merusak pagar pembatas oleh Pemerintah Kota Surabaya agar kawasan Pantai Watu-Watu tidak lagi digunakan sebagai tempat berjualan.
Wartini, salah satu pedagang di Jl Pantai Kenjeran mengungkapkan aksi itu bentuk kekesalan terhadap pelarangan berdagang. Pihaknya mendorong pihak terkait, baik kecamatan maupun Pemkot memberikan toleransi agar PKL bisa berjualan di akhir pekan, yakni hari Sabtu dan Mingggu.
“Unjuk rasa ini karena kami tidak diperbolehkan berjualan di kawasan Pantai Watu-watu Kenjeran. Padahal lokasi teraebut rame pengunjung, sedangkan di Sentra Ikan Bulak itu sepi pengunjung,” kata Wartini kepada wartawan saat ditemui di kawasan Taman Suroboyo, Senin (25/12/2023).
Wartini bersama puluhan pedagang ini menegaskan akan terus nekat melakukan aksi serupa jika masih tidak ada toleransi untuk berjualan di hari libur seperti pada momen Libur Natal dan Tahun Baru 2024 ini.
“Kami berharap kalau hari libur kami dibolehkan (berdagang). Padahal kami sudah menuruti pihak kecamatan untuk direlokasi ke SIB. Tapi kami minta kelonggaran kalau hari Minggu maupun hari libur bisa berjualan di Batu Batu,” ujarnya.
Marati pedagang yang menempati stan di SIB, menyampaikan hal senada. Ia mengaku telah menempati SIB bersama rekan PKL lainnya sejak tiga bulan yang lalu, tepatnya di pertengahan bulan Oktober 2023.
“Setidaknya ada 40 PKL yang sebelumnya berjualan di kawasan Batu Batu Kenjeran. Kemudian, oleh pemkot semuanya direlokasi ke SIB,” kata Marati.
Ia mengungkapkan bahwa pihak Kecamatan Bulak dan Pemkot Surabaya telah mendata dan ditampung di SIB. Di sana, masing-masing pedagang diberikan lapak atau stan sesuai nomor urut yang disediakan.
Meski telah dilakukan usaha relokasi, kata Marati, puluhan pedagang itu hanya bertahan sementara, kemudian beranjak kembali berjualan di pesisir Pantai Watu-watu Kenjeran.
Lanjutnya, selama tiga bulan berdagang di SIB, ia mengaku mengalami penurunan omset penjualan. Bahkan dari empat puluh pedagang yang di relokasi Oktober lalu, hanya enam yang bertahan dan ia menilai SIB kurang diminati pengunjung.
“Kalau rame ya nggak mungkin pindah ke Pantai Watu-watu. Pedagang pindah ke sana (Pantai Watu-watu) kan karena di SIB sepi,” sebutnya.@arga
Related posts
Serap emisi karbon, Pelindo Regional 3 tanam 20.000 bibit mangrove di Bangkalan
LENSAINDONESIA.COM: PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 3 melangsungkan sulam bibit mangrove. Hal ini merupakan upaya monitoring dan evaluasi program penanaman…
Terapkan Bariatric pada pola makan untuk atasi obesitas
LENSAINDONESIA.COM: Kurangnya kontrol pada pola makan, hingga berakibat berat badan berlebih yang mengganggu aktivitas maupun estetika tubuh seseorang. Bahkan, kerap…
Muaythai Jatim borong 7 emas di Bupati Klungkung Cup 2024
LENSAINDONESIA.COM: Muaythai Jawa Timur meraih prestasi gemilang saat di kejuaraan Bupati Klungkung Cup ke-3 2024 di GOR Sueca Putra Klungkung,…
Semarak Hari Jadi Kota Surabaya ke-731, ada Pengajian Gus Iqdam hingga Konser Gilga Sahid
LENSAINDONESIA.COM: Kota Surabaya segera memasuki usia ke-731 tahun pada 31 Mei 2024. Sederet event spesial disiapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot)…
KPK tahan Gus Muhdlor, Pj Gubernur Jatim terbitkan surat pengangkatan Plt Bupati Sidoarjo
LENSAINDONESIA.COM: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menetapkan tersangka dan langsung menahan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali (Gus Muhdlor) di Jakarta,…